Rabu, 05 Juni 2013

Artikel Buddhist

Pandangan Buddha Terhadap Pencipta
Oleh WLiu

"Ajaran Buddha sangat mengutamakan etika dan moralitas. Tanpa perlu diperintah2, umat Buddhis sejati mengembangkan cinta, belas kasih, kepedulian atas nama kemanusiaan. Karena setiap orang tidak mau menderita, maka jangan melakukannya kepada yang lain. Begitulah ajaran Buddha. Sangat Sederhana. "

Karena pertanyaan mengenai pencipta, alam semesta, ketuhanan selalu ditanyakan, maka dibuat khusus untuk menjawab pertanyaan ini. Pertanyaan ini juga sejalan dengan Pandangan Buddha sehingga tidak terjadi Pandangan Salah.

Dalam ajaran Buddha, manusai TIDAK diciptakan oleh Tuhan atau dewa atau siapapun.

Dalam ajaran Buddha, kehidupan TIDAK ditentukan atau diatur oleh sesuatu (dewa, Tuhan, Buddha atau siapapun)

Buddha bukan Tuhan.

Buddha adalah seorang manusia yang mencapai penerangan sempurna, disebut juga mencapai Nibbana artinya bebas dari segala pikiran yang penuh dengan keserakahan, kesombongan, kemelekatan, kebencian, ketidaktahuan, kekelirutahuan.

Nibbana bukanlah suatu alam, tetapi suatu kondisi batin (kesadaran atau pikiran) yang sadar setiap saat, tanpa kekotoran batin. Kekotoran batin mencakup semua pikiran yang penuh dengan keserakahan, kebencian dan ketidaktahuan/kekelirutahuan.

Dengan kata lain, mencapai penerangan sempurna artinya berbahagia setiap saat, setiap momen, kedamaian sejati setiap saat.

Alam semesta menurut ajaran Buddha tanpa awal dan akhir, selalu berproses, muncul - lenyap, muncul - lenyap, dan seterusnya.

Manusia muncul dari Evolusi sejalan dengan Sains.

=========

Untuk merujuk sumber kitab bahwa alam semesta dan kehidupan tidak diciptakan atau diatur oleh tuhan,

Pandangan Sang Buddha mengenai ada tidaknya pencipta alam semesta :

Salah satu dari Mahayana Sutra, yaitu Lankavatara Sutra, berisi dialog antara Sang Buddha dengan Mahamati. Dalam dialog tersebut, Sang Buddha menyatakan bahwa konsep Tuhan yang berdaulat, atau Atman adalah imajinasi belaka atau perwujudan dari pikiran dan bisa menjadi halangan menuju kesempurnaan karena ini membuat kita menjadi terikat dengan konsep Tuhan Maha Pencipta. Kutipan dari sutra tersebut sebagai berikut:
"Semua konsep seperti penyebab, suksesi, atom, unsur-unsur dasar, yang membuat kepribadian, jiwa pribadi, roh tertinggi, Tuhan Yang Mahakuasa, Sang Pencipta, adalah imajinasi belaka dan perwujudan dari pemikiran manusia.
Tidak, Mahamati, doktrin Tathágata dari rahim ke-Tathágata-an tidaklah sama dengan filosofi Atman."
(Lankavatara sutra, bab VI)

"Asumsi bahwa suatu Tuhan (isvara) adalah penyebab, dan lain sebagainya, bersandar atas kepercayaan salah dalam suatu diri yang kekal;
tetapi kepercayaan itu haruslah ditinggalkan, jikalau seseorang sudah dengan jelas mengerti bahwa segala sesuatu adalah tunduk pada penderitaan.
[Vasubhandu, Abhidharmakosa, 5, 8 (vol. IV, p. 19); Sphutartha, p. 445,26.]

“Bila ada Sang Maha Kuasa yang dapat mendatangkan bagi setiap mahluk ciptaanya kebahagiaan atau penderitaan, perbuatan baik maupun jahat, maka yang maha kuasa itu diliputi dosa [kebencian/kekejaman], sedangkan manusia hanya menjalankan perintahnya saja [karena sudah diatur].”
( Mahabodhi Jataka No.528 )

“Apabila, O para bhikkhu, para makhluk mengalami penderitaan dan kebahagiaan sebagai hasil atau sebab dari ciptaan Tuhan (Issara-nimmanahetu), maka para Nigantha (petapa telanjang) ini tentu juga diciptakan oleh satu Tuhan yang jahat/nakal (Papakena Issara), karena mereka kini mengalami penderitaan yang sangat mengerikan.”
(Devadaha Sutta, Majjhima Nikaya 101, Tipitaka Pali).

Dengan mata, seseorang dapat melihat pandangan memilukan; Mengapa Brahma itu tidak menciptakan secara baik? Bila kekuatannya demikian tak terbatas, mengapa tangannya begitu jarang memberkati? Mengapa dia tidak memberi kebahagiaan semata? Mengapa kejahatan, kebohongan dan ketidak-tahuan merajalela? Mengapa memenangkan kepalsuan, sedangkan kebenaran dan keadilan gagal? Saya menganggap Brahma adalah ketidakadilan. Yang membuat dunia yang diatur keliru.” [Bhuridatta Jataka, Jataka 543]

Penjelasan:
Dalam ajaran Buddha, tidak dikenal adanya pencipta atau pengatur kehidupan seperti yang tercatat dalam kitab tersebut. Karena ketidaktahuan atau ketakutan, pada awalnya evolusi manusia memunculkan konsep pencipta atau pengatur kehidupan.

Semua yang terjadi ada sebab dan ada akibat, inilah Hukum Karma.
Begitu pula ada Hukum Fisika (utu niyama), Hukum Biologis (bijaniyama), dll

=======

Ketuhanan dalam agama Buddha???

Karena banyak yang bertanya mengenai tuhan dalam agama Buddha, sekali lagi diberi penjelasan berikut, mudah2an jelas

1. Jika tuhan diartikan sebagai pencipta, agama Buddha jelas menolak tuhan (artinya tidak ada tuhan seperti itu dalam ajaran Buddha)

2. Jika tuhan diartikan sebagai pengatur kehidupan manusia, agama Buddha menolak tuhan seperti itu (artinya menurut agama Buddha tidak ada pengatur kehidupan manusia/makhluk hidup.) Menurut ajaran Buddha, ada sebab ada akibat.contoh: apabila saya mati, tentu ada sebab dan kondisi2 yg mendukung. misal karma buruk masa lalu didukung dengan kondisi tidak menjaga keseahatan, didukung dengan sikap hidup yang tidak sehat, dll. jadi semua akibat yg terjadi ada sebab, seringkali kita tidak mengetahui sebabnya. sebagian orang karena tidak tahu kemudian mengatakan dewa/tuhan sebagai penyebab.)

3. Jika pengertian tuhan sebagai suatu pribadi (ada sosok), maka agama Buddha juga tidak sependat (artinya menurut agama Buddha, tidak ada yang seperti itu)

4. Jika konsep tuhan diartikan sebagai sesuatu yang tidak terpikir, tidak terjangkau pikiran, maka ada konsep ketuhanan seperti itu dalam agama Buddha, yaitu nibbana.

Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa ketuhanan dalam agama Buddha TIDAK MENENTUKAN KEHIDUPAN MANUSIA dan TIDAK MENGATUR KEHIDUPAN MANUSIA/MAKHLUK HIDUP. jadi ketuhanan tersebut hanya sebagai tujuan (tujuan umat Buddha adalah nibbana).

Kesimpulan:
Dalam ajaran Buddha, yg namanya pencipta atau pengatur kehidupan cuma ilusi karena ketakutan, ketidaktahuan atau kekelirutahuan.

Walaupun demikian, ajaran Buddha sangat mengutamakan etika dan moralitas. Tanpa perlu diperintah2, umat Buddhis sejati mengembangkan cinta, belas kasih, kepedulian atas nama kemanusiaan. Karena setiap orang tidak mau menderita, maka jangan melakukannya kepada yang lain. Begitulah ajaran Buddha.
Sangat Sederhana.

======================

Tanya.
Apakah Agama Buddha terdapat manusia pertama ?

Jawab.
Sebenarnya tujuan Dhamma Ajaran Sang Buddha lebih cenderung dipergunakan untuk mengendalikan pikiran, ucapan, dan perbuatan. Dan, kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri ini sama sekali tidak ada hubungan langsung dengan pengetahuan tentang manusia pertama. Tanpa mengetahui manusia pertama sekalipun, seseorang bisa saja mencapai kesucian. Namun, dalam salah satu kesempatan, kepada mereka yang telah mencapai kemampuan batin dan latihan meditasi yang tekun sehingga mampu mengingat berkali-kali muncul dan kiamatnya bumi, barulah Sang Buddha menceritakan terjadinya manusia pertama. Cerita Sang Buddha hanya kepada meraka yang mampu mengingat terbentuk dan kiamatnya bumi ini agar ada orang yang bisa menyaksikan serta mengingat sendiri peristiwa yang disampaikan Sang Buddha. Tentu saja, sikap Sang Buddha ini berhubungan dengan pengertian dasar dalam Dhamma yaitu ’datang dan buktikan, bukan ‘datang dan percaya saja’.

Dalam kisah yang disampaikan oleh Sang Buddha, manusia pertama bukan hanya satu atau dua orang saja, melainkan banyak. Mereka bukan hasil ciptaan. Mereka merupakan hasil sebuah proses panjang bersamaan dengan proses terjadinya bumi beserta planet-planetnya. Seperti diketahui bahwa dalam pengertian Dhamma, tata surya seperti yang dihuni manusia saat ini bukan hanya satu melainkan lebih dari satu milyar jumlahnya. Masing-masing tata surya ketika kiamat akan terbentuk lagi. Pada saat terjadinya bumi ini. Datanglah makhluk-makhluk berupa cahaya dari tata surya yang lain. Mereka berproses bersamaan dengan proses pembentukan tata surya ini. Dalam proses tersebut mereka tertarik mencicipi dan mengkomsumsi sari bumi, sari tumbuhan dsb. Ketertarikan mereka menyebabkan tubuh cahaya menjadi redup dan mulai terjadilah proses pembentukan tubuh, jenis kelamin, persilangan serta keturunan. Dan, sekali lagi, manusia pertama karena merupakan hasil proses seperti ini, jumlahnya tidak bisa ditentukan lagi. Sangat banyak. Mereka berproses dan berevolusi secara lambat sampai membentuk manusia sekarang. Hanya saja, dalam Dhamma juga tidak membenarkan maupun menolak pandangan ilmu pengetahuan modern bahwa manusia berasal dari monyet. Sikap ini sehubungan dengan kepastian bahwa asal manusia dari monyet ataupun bukan sama sekali tidak ada kaitan dengan keberhasilan seseorang untuk mencapai kesucian ataupun Nibbana.

Sumber :
Booklet Talk-Show Bhante Uttamo
“ Musibah & Bencana di tahun 2012 ”

======================

Jika dunia ini segalanya Tuhan yang menentukan....

Renungan Puisi from Sefung

jika dunia ini segalanya tuhan yg menentukan
mungkin aku sebagai manusia
tidak perlu lelah merencanakan ini semua

biarpun direncanakan ataupun tidak direncanakan
semuanya dari awal sudah ditentukan

jika kebahagian dan penderitaan merupakan suatu kehendak
aku tidak akan perlu mencari lg dimana sumber kebahagian
yg bisa kuperoleh di dunia ini utk mengakhiri penderitaan
karena iman yg buta...

manusia tidak mau menerima suatu bukti kebenaran
maka selamanya dia akan terbelenggu oleh kebodohannya sendiri...

bila ia hanya percaya apa yg ia dengar dan ia baca
siang dan malam aku merenung
kenapa aku ada di dunia ini..

semuanya hanya menjawab karena aku adalah ciptaan tuhan.
jika manusia adalah ciptaanya

kenapa begitu byk belenggu penderitaan, kemiskinan, dan kebodohan...
aku bertanya tanya tapi tidak menemukan jawaban itu..

semua hanya bisa menjawab itulah cobaan....
atas dasar apa tuhan menguji dan mencobai manusia ?

apa karena ketidak tahuan tuhan itu.
waktu berlalu berkalpa-kalpa
dan saat ini aku menemukan jawabannya...

jika bukan karena Buddha
mungkin aku disini akan duduk pasrah menerima semua kehendak
tanpa perlu mencari penyebabnya
baik kebahagiaan ataupun penderitaan

jika itu adalah kehendak....
mungkin manusia yg terlahir sengsara
dikarenakan segala penderitaan
akan berkata tuhan adalah sumber malapetaka bagi mereka

karena sabda Buddha ada sekarang
membuat pikiran ini terbuka untuk melangkah
dihari depan yg lebih baik

terimakasih Buddha....
Engkaulah Guruku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar